Dengan banyaknya pertanyaan seputar foto-foto makro yang saya upload di FN (terutama foto-foto makro serangga), saya mencoba untuk sharing tehnik dan peralatan apa saja yang digunakan untuk pembuatan foto-foto tersebut dengan rekan-rekan FN. Yang perlu digaris bawahi adalah saya hanya seorang pemula dan baru belajar fotografi, jadi kalau ada banyak kekurangan dari artikel ini saya mohon kritik dan petunjuknya. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan fotografer di FN yang telah banyak memberikan kritik yang membangun terhadap foto-foto yang saya upload ke FN, sehingga membuat saya dapat belajar banyak dari FN.
Artikel ini juga melanjutkan artikel dari Mira TJ mengenai Macro Photography...dibuat agak murah. Hanya saya akan menjelaskan lebih detail mengenai makro menggunakan lensa SLR 50mm yang dibalik di kamera digital Canon Powershot G3.
Peralatan yang digunakan:
1. Kamera digital Canon Powershot G3
2. Lensa Adapter Tube Bayonet 52mm
3. Lensa Nikkor-S 50mm f1.4
4. Reverse Ring buatan sendiri
5. Speedlite Canon 420EX
6. Canon Off-Camera Shoe Cord
7. Stofen Omnibounce diffuser
8. Flash bracket buatan sendiri
9. Tripod dan Monopod
Lensa dibalik (Reversed Lens)
Untuk mendapatkan foto-foto makro yang ekstrem, saya menggunakan lensa SLR yang dibalik. Ide ini muncul setelah membaca beberapa artikel di Internet seperti Plonsky Photography dan buku John Shaw's dengan judul "Close-ups in Nature". Dan tehnik ini biasanya disebut juga "a poor man's macro" alias makro murah meriah..
Lensa SLR yang saya gunakan adalah lensa normal Nikkor-S 50mm F1.4 (lensa bekas dan murah..he..he..). Saya pilih lensa ini karena diameter ulir filter yang 52mm (sesuai dgn ukuran diameter lensa adapter saya) dan bukaan yang lebar (F1.4). Semakin lebar bukaannya semakin mengurangi vignetting pada hasil foto.
Lensa SLR ini saya balik dan ditempelkan ke kamera Canon G3 dengan �reverse ring� buatan sendiri. Reverse ring buatan pabrik jarang dijual di toko-toko kamera, kalaupun ada harganya mahal atau harus pesan lewat internet. Akhirnya saya coba buat sendiri reverse ringnya. Sebenarnya reverse ring ini bukan seluruhnya buatan sendiri. Saya hanya beli dua buah Cokin Filter Ring Adapter 52mm yang banyak dijual di toko-toko kamera dan cukup murah harganya. Ukurannya yang 52mm disesuaikan dengan ulir filter pada lensa adapter dan ulir filter pada lensa SLR. Kemudian kedua ring tersebut saya lem jadi satu dengan lem Araldite yang cukup kuat dan juga banyak dijual di supermarket. Silahkan lihat foto reverse ring (male to male) buatan sendiri di bawah ini.
Dengan reverse ring ini saya dapat menempelkan lensa SLR yang dibalik (menggunakan ulir filternya) ke Canon G3 yang sudah dipasangi lensa adapter 52mm. Seting akhir lensa menjadi seperti ini:
Dengan seting lensa dibalik ini, saya mendapatkan pembesaran obyek kurang lebih sama dengan +20 lensa diopter. Cukup ekstrem khan� :D
Pencahayaan menggunakan Flash Eksternal
Dengan seting lensa yang makin panjang dan jarak obyek ke lensa yang kurang lebih hanya 3 cm, maka pencahayaan dari flash internal tidak akan dapat mencapai obyek (terhalang lensa). Untuk pencahayaan dengan seting lensa ini kita memerlukan flash eksternal. Dengan flash ini kita juga akan mendapatkan shutter speed yang tinggi, yang akan kita perlukan untuk mengatasi getaran tangan (handheld foto) dan gerakan dari serangga yang akan kita foto. Sedangkan untuk lebih mendapatkan control pada lighting dgn flash ekternal ini, saya menggunakan flash bracket yang saya buat sendiri dari plat besi yang saya beli dari toko peralatan (tools and hardware store). Dengan flash bracket ini, flash eksternal akan semakin jauh dari kamera dan harus menggunakan kabel off-shoe. Dan untuk melunakan intensitas pencahayaan dari flash eksternal tersebut saya juga menggunakan stofen omnibounce diffuser. Seting akhir kamera menggunakan flash eksternal bisa dilihat di bawah ini.
Tehnik Foto
Beberapa tehnik foto makro yang biasa saya lakukan dengan menggunakan seting ini:
1. Menggunakan zoom penuh pada Canon G3. Pada lensa SLR, bukaan di set pada 1.4 (terbesar pada lensa SLR saya) dan jarak pada infinity. Hal ini untuk menghindari/mengurangi vignetting.
2. Menggunakan seting kamera Manual (M), dengan seting aperture terkecil (f8) dan shutter speed 1/250. Biasanya saya selalu handheld untuk bikin foto makro agar fleksibel waktu mengejar serangga. Shutter speed 1/250 ini cukup untuk mengatasi getaran tangan dan menangkap gerakan serangga.
3. Menggunakan fokus manual. Karena optical view finder Canon G3 tidak dapat terpakai (terhalang panjang lensa), maka saya selalu menggunakan LCD-nya. Menggunakan LCD akan memudahkan kita untuk mengatur komposisi. Setelah tombol focus manual ditekan, pelan-pelan saya dekati obyek sampai obyek terlihat tajam di LCD (biasanya jarak obyek ke lensa kurang lebih 3 cm). Kalau belum tajam, pelan-pelan kamera di maju mundurkan sampai obyek terlihat tajam.
4. Karena DOF sangat tipis sekali pada seting ini. Maka pemilihan area focus harus dipilih sebaik mungkin dan harus hati-hati sekali. Biasanya untuk foto serangga, saya akan pilih matanya sebagai area focus utama. Dan usahakan sebaik mungkin pada shot pertama, karena mungkin hanya shot itu yang anda dapatkan. Serangga biasanya langsung terganggu dan menghilang entah kemana.
5. Setelah cukup terbiasa mendapatkan focus yang baik, baru mencoba mengatur komposisi yang bagus.
6. Saya menggunakan tangan (handheld) pada sebagian besar foto makro serangga. Tapi jika memungkinkan saya juga menggunakan tripod atau monopod. Biasanya waktu buat foto makro bunga atau tanaman. Dengan seting makro menggunakan lensa dibalik ini, getaran tangan pada kamera akan sangat mempengaruhi ketajaman gambar.
7. Untuk berburu serangga, waktu yang paling baik adalah pagi hari (5:30 � 8:00 pagi). Biasanya pada waktu itu serangga masih belum banyak bergerak setelah melewati malam. Jadi akan memudahkan kita untuk ambil foto-foto makro dan atur komposisi yang baik.
8. Cobalah bereksperimen dengan berbagai macam seting kamera. Saya sendiri masih terus mencoba untuk mencari seting kamera terbaik. Misalnya dengan menggunakan aperture priority untuk mendapatkan shutter speed yang lebih rendah dan background yang lebih terang. Dengan sering-sering bereksperimen, kita akan mendapatkan seting terbaik untuk kamera sendiri.
Mudah-mudahan artikel ini dapat berguna untuk rekan-rekan . Mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan. Diharapkan dengan seting yang sama, rekan-rekan dapat mencoba juga pada jenis kamera yang lain.
Selamat berburu serangga�!
sumber : fotografer.net
0 Comments:
Kotak pada kolom blok komentar ini masih kosong. Maka merupakan suatu kehormatan jika sobat menjadi orang yang paling pertama menuliskan komentar, baik berupa pujian, masukan, kritikan, maupun pertanyaan di kolom komentar yang terletak di bawah kotak ini.
Tak ada yang bisa saya berikan selain ucapan terima kasih karena telah memberikan apresiasi terhadap artikel-artikel seribu satu makna
Posting Komentar